google-site-verification: google21951ce8c6799507.html
PORTAL BERITA ONLINE NEWS AND ENTERTAINTMENT ONLINE BERANI BEDA..!! MENGEKSPOS KALIMANTAN & TIMUR INDONESIA

Jejak Datuk Kalampayan: Ulama Visioner, Warisan Abadi

Home Berita Jejak Datuk Kalampayan: U ...

Jejak Datuk Kalampayan: Ulama Visioner, Warisan Abadi
Ribuan warga dari berbagai penjuru daerah mengikuti haul Datu Kelampayan.

EKSPOSKALTIM, Martapura - Udara pagi di Desa Dalam Pagar Ulu, Martapura Barat, terasa berbeda. Kabut tipis menyelimuti Sungai Martapura, sementara puluhan ribu jemaah dari berbagai penjuru datang bersimpuh, mengenakan pakaian terbaik mereka.

Bukan sekadar berkumpul, mereka datang dengan satu tujuan: mengenang dan mendoakan sosok besar yang jejaknya masih membekas hingga hari ini — Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, atau yang lebih dikenal sebagai Datuk Kalampayan.

Sabtu (5/4), menjadi puncak Haul Akbar ke-219 ulama agung tersebut. Di Masjid Tuhfaturraghibin, tempat yang berdiri tak jauh dari lokasi makam beliau, lautan manusia tumpah ruah. Tak hanya memadati area masjid, jemaah bahkan menggelar sajadah di pinggir jalan, menjadikan tiap jengkal tanah sebagai tempat doa.

Di antara mereka, hadir Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, Hasnuryadi Sulaiman. Bukan hanya sebagai pejabat, tapi sebagai seorang anak Banua yang merasa berutang pada warisan ilmu dan nilai yang ditanamkan Datuk Kalampayan.

“Kita patut bersyukur. Karena jasa beliau, daerah kita tumbuh dengan akar Islam yang kuat. Pendidikan, adat, hingga tatanan hidup. Semua banyak dipengaruhi oleh ajarannya,” ujar Hasnuryadi di tengah keramaian jemaah.

Ia menyebut perjuangan Datuk Kalampayan tak berhenti di masanya. Estafet ilmu itu diteruskan oleh para ulama besar seperti KH Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul, yang hingga kini menjadi panutan spiritual warga Banua.

“Tugas kita sekarang adalah menjaga, mengamalkan, dan meneruskan nilai-nilai itu ke generasi berikutnya,” tambah Hasnuryadi.

Dari Lok Gabang ke Mekkah: Awal Mula Sang Datuk

Datuk Kalampayan bukan hanya ulama lokal. Ia adalah intelektual kelas dunia pada zamannya. Lahir tahun 1710 M di Desa Lok Gabang, Martapura, Syekh Muhammad Arsyad tumbuh sebagai anak cerdas yang haus ilmu. Pada usia 30-an, ia berangkat ke Mekkah dan menetap lebih dari 30 tahun untuk belajar kepada para ulama besar.

Dari tanah haram itulah, beliau pulang membawa bekal ilmu syariah, tafsir, fikih, dan tasawuf yang mumpuni. Salah satu karya agungnya, Sabilal Muhtadin, masih menjadi rujukan fikih mazhab Syafi’i di banyak pesantren hingga saat ini.

Lebih dari itu, Datuk Kalampayan juga berjasa dalam merumuskan hukum Islam di pemerintahan Kesultanan Banjar—membentuk sistem peradilan agama pertama di Kalimantan, jauh sebelum zaman kemerdekaan.

Tak heran jika ia dijuluki "Datuk Kalampayan", bukan hanya karena tempat tinggalnya di Kalampayan, tapi juga karena kehormatan dan kharisma yang melekat padanya.

Haul yang Bukan Sekadar Tradisi

Puncak haul dibuka dengan lantunan Maulid Habsyi dari rombongan Sekumpul pimpinan KH Sa’dudin Salman. Dilanjutkan dengan tilawah Al-Qur’an oleh Muhammad Najmi Alvaro, qori cilik asal Kalimantan Tengah yang menyabet juara 3 MTQ Internasional di Iran. Pembacaan manaqib oleh Guru Ahmadi Hamid mengalirkan kisah hidup Datuk Kalampayan dalam bait-bait penuh kekhusyukan.

Ketua Yayasan Syekh Muhammad Arsyad, KH Muhammad Husein, menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu suksesnya haul ini, mulai dari pemerintah, relawan, hingga para jemaah.

“Semoga haul ini membawa berkah dan menjadi wasilah syafaat Rasulullah SAW bagi kita semua,” ucapnya.

Haul tahun ini bukan hanya mengenang seorang ulama. Tapi juga momentum kolektif untuk menyadari bahwa warisan nilai Islam tidak lahir dari ruang kosong. Ia dibangun lewat ilmu, keteladanan, dan cinta pada umat — persis seperti yang dilakukan oleh Datuk Kalampayan ratusan tahun lalu.


Editor : Maulana

Apa Reaksi Anda ?

100%0%0%0%0%0%0%0%
Sebelumnya :
Berikutnya :

Komentar Facebook

komentar