google-site-verification: google21951ce8c6799507.html
PORTAL BERITA ONLINE NEWS AND ENTERTAINTMENT ONLINE BERANI BEDA..!! MENGEKSPOS KALIMANTAN & TIMUR INDONESIA

Cerita Korban Duta DPD asal Kaltim: Paksaan, Sentuhan Fisik dan Aduan Balik

Home Berita Cerita Korban Duta Dpd As ...

Kesaksian perempuan-perempuan yang mengaku dipaksa melakukan kontak fisik oleh Duta DPD Kaltim, Muhammad Fikri Assalam, memantik kegaduhan di kampus Samarinda. Cerita menyeruak di media soal, dan Fikri mulai angkat bicara melakukan klarifikasi.   


Cerita Korban Duta DPD asal Kaltim: Paksaan, Sentuhan Fisik dan Aduan Balik
Cerita dugaan pelecehan seksual oleh seorang duta DPD RI menyeruak di media sosial. Foto ilustrasi: BBC

EKSPOSKALTIM, Balikpapan – Dugaan pelecehan seksual yang menyeret Duta Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Kalimantan Timur, Muhammad Fikri Assalam, mencuat di media sosial. Fikri adalah mahasiswa semester lima program studi pendidikan agama salah satu kampus ternama di Samarinda.

Kasus ini mulai ramai setelah akun Instagram @miaew.my mengunggah sejumlah cerita yang disebut berasal dari pihak-pihak yang mengaku korban. Unggahan tersebut berisi tangkapan layar pesan dari beberapa orang yang menceritakan pengalaman pribadi mereka terkait perilaku terduga pelaku. Identitas para pengirim pesan tidak ditampilkan.

Salah satu pengirim pesan menuliskan bahwa dirinya tidak nyaman dengan tindakan fisik yang dilakukan terduga pelaku. “Kak aku kan asli bukan orang yang physical touch, terus dia ini tiba tiba megang kepala kalau enggak dia maksa minta meluk dan aku enggak mau banget secara baru kenal terus dia kek ngerayu aku terus kak..,” tulis pengirim cerita.

Ada pula pengirim pesan lain yang mengaku memiliki pengalaman serupa. Ia menyebut pernah diajak jalan oleh terduga pelaku dan merasa dipaksa melakukan tindakan fisik. “Kak aku mau izin speak up juga ya... takut sebenarnya kak karena ini orang branding-nya kuat betul di kampus... dia pernah maksa aku buat pegang anu dia. takut betul kak.. trauma sampe sekarang sama cowo gara-gara dia,” tulisnya.

Akun @miaew.my menyampaikan bahwa sejumlah cerita tersebut dikirim langsung oleh orang-orang yang merasa mengalami perlakuan tidak pantas. Dalam unggahannya, akun tersebut menjelaskan bahwa menurutnya terdapat pola manipulasi yang dirasakan banyak perempuan. “Mungkin bukan cuma aku ya yang di posisi ini... akhirnya terperangkap lagi sampe menyadari kalau itu adalah salah satu bentuk manipulasinya,” tulis akun itu.

Ada pula tangkapan layar dari percakapan grup Whatsapp yang menunjukkan diskusi di antara mahasiswa, termasuk respons dari seseorang yang ditengarai adalah salah seorang pejabat kampus. Jabatannya, koordinator humas dan protokoler, yang biasa juga mengkoordinir duta. Salah satu pengirim unggahan mempertanyakan respons tersebut.

“Kok bapak malah ngomong gini pak? kenapa jadi saya yang terlihat salah ya,” tulisnya. Mahasiswa lain terlihat meminta agar tidak menyalahkan korban. “Hati-hati pak, setop salahin korban pak, fokus DO [drop out] pelaku...,” timpal mahasiswa lainnya.

Sejumlah mahasiswa lain, yang tidak ditampilkan identitas lengkapnya, menyebut bahwa keluhan tentang terduga pelaku pernah terdengar di lingkungan organisasi kemahasiswaan, tetapi tidak ada bukti kuat untuk ditindaklanjuti.

Terduga pelaku sendiri dilaporkan telah membuat aduan pencemaran nama baik terhadap beberapa akun media sosial. Akun @miaew.my menegaskan bahwa unggahannya didasarkan pada cerita yang dikirim para pengirim pesan. “Karena dari Fikrinya sudah mengiyakan jikalau kami melakukan hal yang lebih yaitu speak up kepada publik,” tulis akun itu.

Media ini melakukan pengecekan lanjutan dan berhasil menghubungi salah satu pihak yang mengaku menjadi korban. Dia membenarkan sejumlah cerita yang beredar, namun meminta identitasnya disamarkan demi alasan keamanan.

“Saya kenal dia dua tahun lalu,” ujarnya. Dia bilang sudah tidak lagi berkomunikasi dengan Fikri, namun kembali tergugah setelah mendengar kabar bahwa korban lain yang dikaitkan dengan Duta DPD itu masih berusia 16 tahun.

Dia kemudian menceritakan dua peristiwa yang dialaminya pada 2024. Menurutnya, kejadian lain sudah ia serahkan sepenuhnya kepada unit khusus yang menangani masalah gender dan pelecehan seksual di kampus.

Pada sebuah kegiatan di Fakultas Syariah pada 2024, Dia menyebut Fikri beberapa kali mencoba memeluknya. Dia menghindar. Namun pada akhir acara, ketika para peraih gelar duta kampus lainnya berfoto bersama, Fikri tiba-tiba mencoba mencium bibirnya.

“Di situ saya syok berat, terdiam beberapa saat. Teman saya yang laki-laki langsung menjauhkan dia,” katanya. Menurutnya, Fikri sempat mengatakan kepada temannya bahwa tindakan itu hanya bercanda. “Saking tidak percayanya saya dengan apa yang terjadi, saya sampai minta validasi ke teman saya yang lihat, ‘aku tadi diapain, aku diapain?’”

Peristiwa kedua, ungkapnya, terjadi di lingkungan fakultas ketika situasi sudah mulai sepi. Dia menyebut Fikri mendekatinya dan mengajak berbicara. Saat dia sedang memperhatikan ponselnya, tangan Fikri diduga meraba bagian pinggang belakang korban hingga ke bawah.

“Saya kaget dan langsung menepis tangannya,” ujarnya. Menurutnya, kejadian itu disaksikan seorang teman yang kemudian spontan meneriaki Fikri sambil membawa sapu.

Dia menegaskan tidak memiliki hubungan personal apa pun dengan Fikri di luar relasi profesional sebagai sesama duta. “Saya tidak dekat sama dia. Jadi isu ‘sama-sama mau’ itu tidak benar,” katanya. Ia juga menyayangkan adanya pihak kampus yang justru dianggap menyalahkan korban. “Saya malah disalahin sama bapak itu,” ujarnya.

Media ini telah menghubungi Muhammad Fikri Assalam. Ia menolak memberikan penjelasan dan meminta pemberitaan tetap berimbang. “Kami lagi mempelajari tuduhan tuduhan itu, mohon untuk tidak mengutip berita yang tidak berimbang, terima kasih,” katanya dikontak Sabtu (6/12).

Ditanya lebih jauh, Fikri tidak berbicara banyak. "Iya mohon maaf ya, aku belum bisa jawab dalam waktu dekat ini karena masih berdiskusi dengan LBH," pungkasnya.

Tanggapan DPD

Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung meminta para korban dugaan pelecehan seksual yang melibatkan Duta DPD untuk segera membuat laporan resmi ke polisi. “Saya baru dengar dari anda. Silakan diproses oleh pihak berwajib,” ujar Tamsil pada EKSPOSKALTIM, Sabtu (6/12).

Senator asal Sulawesi itu menegaskan bahwa Duta DPD bukan anggota DPD RI. “Pertama, saya jelaskan Duta DPD bukan anggota DPD RI, kalau kejadian tersebut terjadi pada anggota DPD maka mekanisme pemeriksaannya dilakukan oleh Badan Kehormatan DPD RI,” jelasnya.

Menurut Tamsil, Duta DPD adalah figur penerima penghargaan setelah mengikuti proses pemilihan oleh tim juri yang dibentuk DPD. Status itu bisa dicabut jika terbukti bersalah. “Bilamana aparat hukum menyatakan yang bersangkutan bersalah atas tuduhan pelecehan seksual maka yang bersangkutan dicabut statusnya sebagai Duta DPD RI,” katanya.

Ia juga menegaskan bahwa DPD tidak perlu membentuk tim investigasi internal dan menyerahkan sepenuhnya proses tersebut kepada aparat penegak hukum. Terpisah, Polda Kaltim memastikan belum ada satupun laporan teregister dengan terlapor Fikri.

"Sudah kami cek sejak tiga bulan terakhir tidak ditemukan terlapor atas nama dimaksud," jelas Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes Pol Yulianto, Sabtu malam (6/12).

Yulianto mengimbau masyarakat yang merasa menjadi korban untuk datang melapor atau berkonsultasi ke kantor kepolisian terdekat. "Untuk korban, silakan bisa menghubungi penyidik PPA [perlindungan perempuan dan anak] Polres ataupun PPA Polda untuk konsultasi ataupun melaporkan," jelas Yulianto.


Editor : Maulana

Apa Reaksi Anda ?

0%0%0%0%0%34%0%67%
Sebelumnya :
Berikutnya :

Komentar Facebook

komentar