23 Oktober 2025
  • PORTAL BERITA ONLINE
  • NEWS AND ENTERTAINTMENT ONLINE
  • BERANI BEDA..!!
  • MENGEKSPOS KALIMANTAN & TIMUR INDONESIA

Dari Anjong Mon Mata ke Titik Nol Indonesia


Dari Anjong Mon Mata ke Titik Nol Indonesia
Rombongan pemilik dan pengelola perusahaan pers. Foto: Istimewa

BANDA ACEH – Dari Anjong Mon Mata ke Titik Nol Sabang, perjalanan Serikat Perusahaan Pers (SPS) se-Indonesia menandai berakhirnya rangkaian kegiatan besar di Tanah Rencong. Selama tiga hari penuh, pemilik dan pengelola perusahaan pers dari seluruh Indonesia mengikuti agenda padat yang memadukan penghargaan, silaturahmi, dan penghormatan terhadap sejarah pers Aceh.

Rangkaian dimulai dengan Malam Anugerah SPS Award 2025 di Anjong Mon Mata, kompleks kediaman Gubernur Aceh. Acara berlangsung meriah dan penuh apresiasi. Gubernur Aceh Muzakir Manaf diwakili Sekda M. Nasir Syamaun. Hadir pula Wali Kota Banda Aceh Illiza Saaduddin Djamal, Wakil Bupati Aceh Tamiang Ismail, sejumlah kepala daerah penerima penghargaan SPS Award, serta anggota DPR RI asal Aceh Nasir Djamil dan TA Khalid. Mantan Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman menerima Prerana Award 2025 atas dedikasinya mendukung kemajuan dunia pers.

Ketua SPS Aceh, Muktarrudin Usman, menyebut kegiatan di Aceh bukan sekadar ajang penghargaan, melainkan penghormatan terhadap sejarah dan semangat kebangsaan dari ujung barat Indonesia.

Keesokan harinya, SPS menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Banda Aceh. Seusai rapat, rombongan menuju Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, untuk bersilaturahmi dan menikmati jamuan makan siang di Meuligoe Bupati. Suasana penuh keakraban menandai eratnya hubungan dunia pers dan pemerintah daerah.

Dari Jantho, rombongan melanjutkan kunjungan ke Gedung Wali Nanggroe, diterima langsung oleh Paduka Yang Mulia Tgk. Malik Mahmud Alhaytar. Dalam dialog dua jam, Wali Nanggroe mengenang perjalanan panjang pers Aceh yang ikut menentukan arah sejarah bangsa. Ia menuturkan masa-masa mendengarkan siaran Radio Rimba Raya dan membaca Harian Tegas yang terbit di Aceh.

Ia juga menjelaskan sejarah lahirnya lembaga Wali Nanggroe serta perannya pasca-MoU Helsinki. Sebagai mantan Perdana Menteri Gerakan Aceh Merdeka, Malik Mahmud menegaskan pentingnya menjaga marwah adat dan budaya Aceh dalam bingkai NKRI.

Usai dari Gedung Wali Nanggroe, rombongan kembali ke Hotel Hermes Palace untuk beristirahat. Malam harinya, peserta dijamu Pemerintah Kota Banda Aceh di Balai Kota. Wali Kota Illiza Saaduddin Djamal diwakili Wakil Wali Kota Afdal Khalilullah dan Sekda. Afdal menyampaikan dukungan Pemkot terhadap semangat SPS memperkuat peran media sebagai pilar demokrasi.

Pada hari berikutnya, SPS juga menggelar pertemuan dengan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) dan pengurus SPS Pusat. Menurut Muktarrudin, kegiatan ini menjadi momentum memperkuat kolaborasi antara dunia pers dan lembaga strategis Aceh dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis informasi yang sehat.

Rombongan kemudian bertolak ke Kota Sabang untuk melaksanakan Deklarasi di Titik Nol Kilometer Indonesia, ikon wisata nasional yang menjadi simbol persatuan Nusantara. Malamnya, peserta dijamu oleh Wali Kota Sabang Zulkifli H. Adam dan Ketua DPRK Sabang Magdalaina—keduanya penerima SPS Award 2025 masing-masing untuk kategori Lontar Award dan Prerana Award.

Ketua SPS Aceh, Muktarrudin Usman, menegaskan bahwa kegiatan di Sabang menjadi puncak kebersamaan dan simbol semangat kebangsaan insan pers. Deklarasi di Titik Nol menjadi momentum memperkuat komitmen perusahaan pers menjaga marwah jurnalistik yang profesional dan independen.

Ketua Umum SPS, Januar P. Rusmita, menambahkan bahwa SPS bukan hanya organisasi penerbit, tetapi pilar penting dalam menjaga keberlangsungan ekosistem media di Indonesia. Menurutnya, perjalanan SPS di Aceh memperlihatkan kekuatan silaturahmi yang menyatukan insan pers dari berbagai daerah dalam semangat nasional.

Dengan berakhirnya kegiatan di Sabang, rombongan SPS pusat dan provinsi se-Indonesia menutup rangkaian agenda nasional di Aceh dengan kesan mendalam. Perjalanan dari Anjong Mon Mata hingga Titik Nol Kilometer bukan sekadar rute wisata, melainkan simbol perjalanan perjuangan, silaturahmi, dan komitmen dunia pers memperkuat integrasi nasional.

Reporter : Tim Redaksi    Editor : Maulana

Apa Reaksi Anda ?

0%0%0%0%0%0%0%0%



Comments

comments


Komentar: 0