30 Oktober 2025
  • PORTAL BERITA ONLINE
  • NEWS AND ENTERTAINTMENT ONLINE
  • BERANI BEDA..!!
  • MENGEKSPOS KALIMANTAN & TIMUR INDONESIA

"Shutter": Horor yang Menuntut Keadilan


"Shutter": Horor yang Menuntut Keadilan
Pemeran dan kru film horor psikologis "Shutter" produksi Falcon Pictures. (ANTARA/HO-Falcon Pictures)


Jakarta, EKSPOSKALTIM - Film "Shutter" karya sutradara Herwin Novianto bukan sekadar parade ketakutan, tapi juga cermin atas trauma dan keberanian menegakkan kebenaran. Dibungkus dalam genre horor psikologis, film ini mencoba menembus batas hiburan, menakut-nakuti sekaligus menggugah nurani.

Diadaptasi dari film Thailand karya Banjong Pisanthanakun, "Shutter" versi Indonesia hadir sebagai medium refleksi atas luka sosial yang kerap dibungkam. “Di permukaannya ini film horor yang mencekam. Tapi di balik itu, Shutter menyimpan pesan tentang keadilan dan keberanian untuk bersuara,” kata produser Falcon Pictures, Frederica, dalam keterangan pers di Jakarta, Minggu (26/10). 

Ia menegaskan, Shutter tidak ingin sekadar membuat penonton melompat dari kursinya. “Kami ingin mereka takut, tapi juga tersentuh dan berpikir,” ujarnya.

Kisahnya berpusat pada Darwin, fotografer muda yang hidupnya jungkir balik setelah kecelakaan bersama kekasihnya, Pia. Sejak malam naas itu, Darwin dihantui bayangan perempuan misterius di setiap hasil jepretannya. Penelusuran Pia membuka rahasia gelap, yaitu kasus pelecehan seksual di kampus yang dikubur rapat oleh para pelaku kekuasaan.

Mereka bukan hanya diburu makhluk gaib, tapi juga rasa bersalah atas keadilan yang dibiarkan mati. “Saya ingin membuat horor yang punya jiwa. Rasa takut di Shutter bukan cuma datang dari hantu, tapi dari kenyataan pahit yang sering diabaikan,” kata Herwin Novianto. “Bayangan dalam film ini adalah metafora bagi trauma dan kebenaran yang ditekan.”

Melalui kampanye #SafeSpaceForAll, film ini menyerukan pesan sederhana tapi keras, yaitu kampus seharusnya jadi ruang aman, bukan ladang kekuasaan dan pelecehan. Dibintangi oleh Vino G. Bastian, Anya Geraldine, Niken Anjani, Rangga Nattra, Dewi Gita, Michelle Tahalea, Angie Ang, dan Nugie, Shutter menjanjikan teror yang berlapis makna.

Vino mengaku perannya sebagai Darwin meninggalkan kesan mendalam. “Darwin hidup dalam kebohongan. Saat rahasianya terbuka, penonton sadar bahwa teror terbesar datang dari rasa bersalah,” ujarnya. “Main di film ini seperti masuk ke dunia gelap yang juga merefleksikan realitas sosial kita.”

Sementara Anya Geraldine melihat karakter Pia sebagai simbol keberanian perempuan menolak ketidakadilan. “Pia itu lambang kekuatan dan empati. Buat aku pribadi, pesan film ini penting banget: kampus atau ruang mana pun seharusnya aman buat semua orang,” katanya.

Shutter, produksi Falcon Pictures, akan tayang di bioskop mulai 30 Oktober 2025. Atmosfer mencekamnya diperkuat dengan lagu tema “Di Batas Malam” karya Mondo Gascaro yang dinyanyikan Danilla Riyadi, menambah lapisan keindahan di tengah kengerian.

Film ini menakutkan bukan karena hantunya, tapi karena kebenaran yang enggan dihadapi.

Editor : Maulana

Apa Reaksi Anda ?

0%0%0%0%0%0%0%0%



Comments

comments


Komentar: 0