
Barabai, EKSPOSKALTIM – Polisi mengungkap motif pembunuhan santri di salah satu pondok pesantren (ponpes) Pandawan, Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan.
Korban berinisial MF (22) tewas ditikam adik tingkatnya, MN (16), yang mengaku sakit hati karena kerap jadi korban perundungan.
“Hasil pemeriksaan sementara, pelaku nekat karena sering di-bully,” kata Kepala Humas Polres HST, Ipda Rusman Taufik, Jumat (22/8).
Amarah MN memuncak pada Rabu (20/8) dini hari. Ia mendatangi kamar korban sambil membawa parang. MF yang tengah tertidur langsung diserang hingga meninggal di tempat.
“Tetap dilakukan penahanan dan proses hukum berjalan, hanya tata cara penanganannya mengikuti aturan untuk anak,” tambah Rusman.
Polisi menyebut korban mengalami dua luka tusuk di bagian leher. “Korban meninggal di tempat kejadian,” ujarnya.
Kasus ini mengejutkan warga karena terjadi di lingkungan ponpes yang dikenal kondusif.
Kamar Nomor 4
MF dikenal sebagai sosok pendiam, taat ibadah, dan tengah fokus menghafal Al-Qur’an. Warga Desa Paya, Batang Alai Selatan, itu sudah merampungkan hafalan empat juz.
“Almarhum orangnya pendiam, sehari-hari sibuk dengan hafalan,” kata seorang rekan.
MN, pelaku penusukan, justru lebih banyak hafalan, mencapai sepuluh juz. Keduanya Keduanya menempati kamar nomor 4. “Selama ini biasa saja, tidak kelihatan ada masalah,” ujarnya.
Namun kabar bahwa MN kerap merasa jadi sasaran ejekan memang terdengar. “Kalau MN pernah merasa sering diejek,” tambahnya. Ia juga mengakui, selama mondok di Ponpes Al-Hikmah, tidak pernah ada sosialisasi tentang pencegahan bullying.
Aktivitas belajar di ponpes kini belum berjalan normal. Pimpinan pondok tak tampak, hanya beberapa santri lalu-lalang di sekitar asrama.
Fenomena Bullying
Akademisi STAI Al-Washliyah Barabai, Muhammad Rossi, menilai kasus ini bukti seriusnya persoalan bullying di dunia pendidikan.
“Bullying bukan sekadar kenakalan remaja. Dampaknya panjang bagi kesehatan mental, rasa aman, hingga masa depan anak,” ujarnya.
Dalam tiga tahun terakhir sudah ada dua kasus kriminal di Kalsel akibat perundungan: penusukan antar siswa di Banjarmasin pada Juli 2023, dan kini pembunuhan di ponpes HST.
Data Kemendikbudristek mencatat, laporan kasus bullying meningkat 23 persen dalam dua tahun terakhir. “Fenomena ini memperlihatkan kegagalan sistemik dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman,” tegas Rossi, dilansir Antara.
Budaya senioritas, menurutnya, kerap jadi pemicu. “Banyak siswa menganggap merendahkan junior itu tradisi. Padahal itu kekerasan yang harus dihapus,” katanya.
Rossi menekankan perlunya pendidikan karakter, peran aktif guru dan ustaz, serta keterlibatan orang tua. “Anak perlu diajarkan empati sejak dini. Guru juga harus memfasilitasi keluh kesah murid, bukan sekadar mengajar,” jelasnya.
Ia mengingatkan tanpa kesadaran bersama, kasus seperti ini akan terus berulang dan meninggalkan luka panjang bagi dunia pendidikan.
Laporan awal polisi menyebut, peristiwa berdarah itu terjadi sekitar pukul 03.00 Wita. MN masuk ke kamar nomor 4, menikam korban di bagian rahang hingga leher.
Dalam kondisi bersimbah darah, MF sempat terbangun, berteriak takbir, lalu berlari menuju musala sambil memeluk Al-Qur’an. Ia terjatuh dan meninggal di sana.
Santri lain yang mencoba menolong tak mampu menyelamatkan nyawanya. MN sempat kabur, namun akhirnya ditangkap polisi tak lama setelah kejadian.
Sehari sebelum kejadian kedua santri tersebut sempat sama-sama ikut lomba 17 Agustus yang berlangsung di ponpes setempat. Tidak ada tanda perkelahian maupun perselisihan.
Untuk mengirim komentar, silahkan login atau registrasi terlebih dahulu !