Paser, EKSPOSKALTIM – Penetapan Misrantoni (60) sebagai tersangka pembunuhan dalam Tragedi Muara Kate memicu penolakan luas dari warga. Mereka menduga kuat penetapan ini hanya upaya mengalihkan isu, demi melindungi pelaku sebenarnya dan menutupi jejak kelompok ormas serta perusahaan tambang batu bara.
“Kami yakin 100 persen bukan Misrantoni pelakunya. Ini konspirasi,” kata salah satu tokoh pemuda Muara Kate, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Joshua, Minggu (27/7).
Joshua adalah satu dari belasan orang yang berada di posko warga penolak hauling batu bara di atas jalan negara, 15 November 2024. Setelah tragedi berdarah itu, kata dia, Misrantoni justru berada di penginapan bersama Agustinus Luki alias Panglima Pajaji serta dua warga lain, Alison dan Hendrik. Pertemuan itu atas undangan dari Pajaji yang menjemput mereka secara langsung.
"Pajaji yang jemput warga setempat, Misrantoni, Hendrik, Alison pada waktu itu sebelum dimakamkannya alm Russell," jelasnya.
Warga sempat waswas karena kondisi keadaan tidak aman dan tiba-tiba para tokoh masyarakat dijemput oleh Pajaji. "Dibawa ke RA cafe untuk diskusi, kejadian situasi masih di dalam rumah sebelum pemakaman. Kalau bahasa Pajaji di media dia kan menginterogasi, memangnya kewenangan dia apa?" jelasnya.
Dalam pertemuan itu, Pajaji menanyai para warga perihal insiden penyerangan dan langkah warga selanjutnya. “Pertemuan itu disaksikan banyak orang. Justru Pajaji yang mengundang mereka ke RA Cafe,” ujarnya. "Jadi tidak benar bahwa laporan bulanan yang menjadi salah satu barang bukti itu adalah laporan dari tempat usaha milik korban."
Subuh hari sebelumnya, posko warga penolak truk tambang di Muara Kate diserang. Russell (60), tokoh adat yang lantang menolak aktivitas hauling PT Mantimin Coal Mining (MCM), ditemukan tewas dengan luka tusuk di leher. Anson, rekannya, selamat meski terluka parah. "Pajaji bilang jika dalam 3×24 jam pelaku tidak ditangkap, maka dia bakal menutup akses jalan provinsi," jelasnya.
Warga mencurigai kuat ada peran Pajaji setelah belakangan waktu Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengonfirmasi bahwa Panglima Pajaji adalah penanggung jawab hauling PT MCM. Apalagi sebelum kejadian, Pajaji seperti diketahui warga berada di penginapan dekat perbatasan yang hanya berjarak tujuh kilometer dari TKP. Keesokan harinya Pajaji hadir di pemakaman Russell, bahkan berorasi mendesak polisi menangkap pelaku. Setelah itu, ia menghilang.
“Kenapa polisi belum periksa dia? Kenapa malah Misrantoni yang ditetapkan tersangka? Sebelum penyerangan ia dan anggotanya ada di penginapan perbatasan itu,” tanya Joshua.
Warga lain menyebut noda darah di baju Misrantoni, yang dijadikan bukti oleh polisi, justru berasal saat ia membantu mengevakuasi tubuh Russell. “Dia bahkan ikut menjahit luka korban. Tanpa sarung tangan. Itu dilihat warga,” ujarnya.
Anak Misrantoni, Andre (25), juga menyatakan bahwa ayahnya berada di rumah saat kejadian. “Saya pulang dari kebun pukul empat pagi. Waktu itu bapak masih tidur,” katanya.
Keluarga dan warga mencurigai upaya pengkambinghitaman. Misrantoni dan Russell dikenal sebagai tokoh penolak hauling di jalan negara. Mereka sepupu, sahabat, dan rekan seperjuangan. “Yang menjadi momok bagi kami bukan sesama warga tapi perusahaan, ormas, dan para vendor,” tegas warga lainnya.
Kecurigaan pada Pajaji menguat setelah ia membawa dua pemuda Muara Kate, salah satunya saksi kunci, ke Balikpapan. Ia awalnya mengaku akan membawa mereka ke Polda Kalsel karena ada pelaku yang menyerahkan diri. Namun selama tiga hari di Balikpapan, mereka justru dibawa ke indekos, showroom mobil, toko suvenir, dan kantor ormas adat.
Para saksi mengetahui pertemuan Pajaji dengan direksi PT MCM dan seorang bakal calon kepala daerah. Dari bakal calon kepala daerah ini, para saksi mengetahui Pajaji menerima uang Rp500 juta. "Katanya justru buat pemenangan pilkada.”
Ketika itu, ritual adat memang dilakukan. Tapi kasus Muara Kate tak dibahas. Warga yang tahu keberadaan para saksi kemudian menjemput paksa mereka. Pajaji sempat tersinggung dan mengancam lewat telepon, namun kemudian minta maaf. “Kami marah karena yang dibawa itu saksi kunci. Penyidik saja belum dapat, malah dibawa keliling,” ucap warga.
Setelah itu muncul ancaman serangan ke posko warga. Diduga karena video seorang tokoh ormas adat yang mengkritik Pajaji beredar di media sosial. Namun serangan itu tak pernah terjadi.
Warga juga kecewa pada kepolisian. Penetapan tersangka baru diumumkan hampir sembilan bulan setelah kejadian, tanpa pemberitahuan resmi ke keluarga. Bahkan makam Russell dibongkar dan rumah Misrantoni digeledah tanpa persetujuan warga. “Katanya ada 35–37 petunjuk. Tapi kami yakin itu belum cukup kuat,” ujar Andre, anak Misrantoni.
Kesaksian ibu dan adik Andre yang menyatakan Misrantoni berada di rumah tidak diakui sah. Warga juga mencurigai bahwa saksi selamat, Anson, kini tak lagi netral. Dua polisi yang berjaga malam kejadian kini “diangkat” jadi anak oleh Anson, menimbulkan dugaan bahwa kesaksiannya diarahkan untuk menyudutkan Misrantoni.
“Pak Anson dulu sempat berselisih dengan bapak saya soal dana posko. Sejak itu beliau lebih dekat ke aparat,” kata Andre.
Tudingan bahwa keluarga Misrantoni mendadak kaya juga dibantah. “Mobil kami beli pakai uang ganti rugi sawit dari PT Amalia di Tamiang Layang. Kami punya bukti kuitansi,” ujarnya.
Warga mendesak agar kasus ini diambil alih Mabes Polri dan semua pihak yang terlibat, termasuk Pajaji, diperiksa secara terbuka. “Kalau memang benar dia terlibat, harus diproses. Jangan biarkan kasus ini dikaburkan,” tegas warga.
Konflik warga Paser dengan PT MCM bermula sejak 2023, saat truk-truk hauling mulai melintasi jalan negara. Jalan rusak, korban jiwa berjatuhan. Pada 1 Mei 2024, seorang ustaz muda bernama Teddy tewas diduga ditabrak truk. Oktober, giliran Pendeta Veronika meninggal setelah diinjak truk yang gagal menanjak.
Puncaknya, 15 November 2024, posko warga diserang. Russell tewas, Anson terluka. Tragedi ini memicu aksi warga di kantor Gubernur Kaltim dan DPRD Kalsel pada April 2025, menuntut penghentian hauling ilegal.
LBH Samarinda menyebut perusahaan tak hanya melanggar Perda Kaltim Nomor 10 Tahun 2012 dan UU Minerba, tapi juga melakukan intimidasi. “Mereka gunakan ormas dan vendor untuk membungkam warga,” kata Irfan dari LBH Samarinda.
Kompolnas sudah memberi rekomendasi ke Polres Paser, namun isinya belum dibuka karena masuk materi penyidikan. “Yang penting, alat bukti diuji di pengadilan,” kata Komisioner Kompolnas, Irjen (Purn) Ida Oetari.
Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso, mendesak Kapolda Kaltim Irjen Endar Priantoro segera menuntaskan kasus ini. “Kasus ini saya ketahui sudah diatensi diatensi Mabes Polri, khususnya Propam," jelas Sugeng.
Media ini sudah tiga kali mendatangi Cityloft Apartement Jakarta, namun kantor PT MCM tersebut disebut resepsionis sudah setahun belakangan tak lagi beroperasi. Sejumlah kontak yang terhubung dengan direksi raksasa batu bara di Kalsel tersebut tak merespons upaya konfirmasi media ini.
Sementara itu, sampai hari ini Pajaji juga belum merespons upaya konfirmasi yang dilayangkan berulang kali oleh awak media ini.

