EKSPOSKALTIM.COM - Post Power Syndrome atau sindrom pensiun sendiri adalah sebuah gejala yang terjadi dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebebasan masa lalunya. Seperti karir kecantikannya ketampanannya kecerdasannya atau hal yang biasanya penderita dari Post Power Syndrome sendiri akan cenderung mengungkapkan kehebatan di masa lalunya dalam hal ini berarti orang penderita Post Power Syndrome sendiri merupakan seseorang yang tidak bisa menerima keadaan hidupnya.
Ketidakmampuan individu untuk melepaskan segalau sesuatu yang pernah ia miliki di masa muda merupakan salah satu indikator dari terjadinya Post Power Syndrome pada diri seseorang. Kejadian semacam ini umumnya akan terjadi pada seseorang yang telah mengalami masa pensiun dengan diikuti munculnya berbagai macam gejala penyakit dari fisik maupun psikis.
Hal ini diakibatkan dari perpindahan status yang terjadi yang awalnya individu aktif bekerja, berkarir, menjadi tidak bekerja. Oleh karena itu Post Power Syndrome sendiri akan muncul pada diri seseorang pada saat individu telah menjalani masa pensiun dan gejala ini ini terjadi secara tidak stabil dalam psikis seseorang.
Baca Juga: Resmi Sandang Anggota DPRD, Sutarmin : Saya Akan Fokus Permasalahan Sosial
Mengapa individu dapat mengalami Post Power Syndrome ini, dikarenakan individu memasuki masa pensiun hal ini sering dianggap sebagai individu yang tuna karya. Artinya tidak dibutuhkan lagi tenaga dan pikirannya, ketakutan menghadapi masa pensiun membuat banyak individu mengalami problem serius baik dari sisi psikis maupun yang fisik. Terlebih individu yang memiliki Ambisi besar dan serta sangat menginginkan posisi tertinggi dalam pekerjaannya hal ini yang membuat individu menjadi ambisius dan lupa akan usia yang yang mengharuskan ia pensiun.
Dari semua kejadian yang dialami, maka individu akan memasuki tahapan dimana ia akan merasakan keadaan tanpa pekerjaan akan dirasakan sebagai tekanan batin sehingga munculnya perasaan sedih takut cemas putus asa bingung yang yang diperlihatkan dengan jelas mengurangi fungsi-fungsi kesehariannya.
Dalam hakekatnya, apa yang sedang terjadi bukan karena situasi pensiun atau menganggur. Yang sedang dialami melainkan Bagaimana cara individu menghayati dan merasakan Bagaimana keadaan baru yang tengah ia alami, dengan hal ini maka akan timbul berbagai macam bentuk tekanan batin mulai dari konflik batin permasalahan dengan diri sendiri dan orang lain, tentunya akan disusul dengan berbagai macam ekspresi diri, diantaranya cemas gelisah dan gusar tentang kehidupan yang dijalani.
Lalu apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi password sindrom itu sendiri, yang pertama adalah mempersiapkan diri dalam menyambut masa pensiun agar dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik. Hal ini ditanamkan dalam diri bahwa pensiun adalah sesuatu yang wajar terjadi dan posisi serta kedudukan yang yang dimiliki akan tergantikan oleh orang lain.
Lihat Juga: VIDEO: Selama Pandemi, 3 615 Orang Ajukan Pembuatan Kartu Kuning
Lalu yang kedua kita dapat menjalin hubungan yang baik dengan saudara dan kerabat dekat, karena dukungan dari sosial dan orang-orang terdekat melewati masa-masa transisi yang tadinya sibuk menjadi tidak sibuk adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi pensiunan melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat diluar rumah. Diantaranya adalah mengakrabkan diri dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
Melakukan hobi hobi yang sempat tertunda saat bekerja menjaga agar pensiun tetap aktif berkegiatan merupakan hal yang sangat penting sehingga memungkinkan membuat pensiun merasa bahwa dirinya sangat bermanfaat berarti dan berguna bagi masyarakat.
Penulis: Muhammad Padli (Mahasiswi IAIN Samarinda)
Artikel di atas menjadi tanggung jawab penulis, bukan redaksi EKSPOSKaltim.com
Untuk mengirim komentar, silahkan login atau registrasi terlebih dahulu !