Balikpapan, EKSPOSKALTIM - Kota Balikpapan mencatat deflasi sebesar 0,06 persen (mtm) pada September 2025, sementara Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) justru mengalami inflasi 0,07 persen (mtm). Data ini dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) dan dianalisis Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan.
Secara tahunan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Balikpapan tercatat 1,15 persen (yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 2,65 persen dan rata-rata empat kota di Kalimantan Timur yang mencapai 1,77 persen.
“Realisasi ini masih berada di bawah batas bawah sasaran inflasi nasional 2025 sebesar 2,5 persen ±1 persen,” ujar Kepala Perwakilan BI Balikpapan, Robi Ariadi, di Balikpapan, Minggu (5/10).
Deflasi Balikpapan terutama disumbang oleh Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga dengan andil 0,16 persen. Lima komoditas utama penekan harga yaitu bahan bakar rumah tangga, bawang merah, tomat, cabai rawit, dan kangkung.
Penurunan harga BBRT dipicu efisiensi distribusi, sementara harga sayuran turun karena pasokan melimpah dari sentra produksi di Sulawesi dan Jawa.
Sebaliknya, inflasi di Balikpapan didorong oleh Kelompok Transportasi dengan andil 0,14 persen. Komoditas penyumbang inflasi tertinggi ialah angkutan udara, daging ayam ras, emas perhiasan, air kemasan, dan biskuit.
Kenaikan tarif pesawat terjadi setelah berakhirnya masa diskon, sedangkan harga emas mencapai Rp2,1 juta per gram akibat tren global.
Inflasi PPU Lebih Tinggi dari Nasional
Berbeda dengan Balikpapan, Kabupaten PPU mencatat inflasi tahunan 2,83 persen (yoy. Bahkan lebih tinggi dari nasional. Kenaikan terutama berasal dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, dengan komoditas dominan daging ayam ras, ikan tongkol, ikan layang, ikan bandeng, dan beras.
Harga ikan meningkat akibat terbatasnya pasokan karena gelombang laut tinggi dan penundaan budidaya. Di sisi lain, deflasi PPU dipicu turunnya harga pada kelompok perumahan dan komoditas seperti bawang merah, cabai rawit, semangka, terong, dan kangkung, seiring produksi lokal yang meningkat dan cuaca yang mendukung.
Bank Indonesia mencermati sejumlah risiko ke depan, termasuk prakiraan hujan di sentra produksi dan gelombang laut tinggi yang berpotensi mengganggu pasokan. Meski demikian, tingkat optimisme masyarakat masih tinggi. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Balikpapan tercatat 118,3, masih berada di zona optimis meski turun dari 129,8 pada Agustus.
“BI bersama TPID Balikpapan, PPU, dan Paser akan terus bersinergi melalui pemantauan harga, sidak pasar, kerja sama antar daerah, operasi pasar, dan gerakan pemanfaatan lahan pekarangan. Program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) serta roadmap 2025–2027 menjadi acuan utama menjaga stabilitas harga di daerah,” kata Robi Ariadi.

