24 Oktober 2025
  • PORTAL BERITA ONLINE
  • NEWS AND ENTERTAINTMENT ONLINE
  • BERANI BEDA..!!
  • MENGEKSPOS KALIMANTAN & TIMUR INDONESIA

Tragedi Muara Kate, Warga: Pelaku Sebenarnya Masih Hahahihi di Luar Sana


Tragedi Muara Kate, Warga: Pelaku Sebenarnya Masih Hahahihi di Luar Sana
Masa penahanan Misrantoni yang diduga membunuh rekan seperjuangannya menolak praktik liar hauling batu bara di Muara Kate, perbatasan Kalsel-Kaltim diperpanjang. Foto: Dok. Ekspos

Paser, EKSPOSKALTIM - Pengadilan Negeri Tanah Grogot mengeluarkan surat penetapan nomor 77/Pen Pid/2025/PN pada 9 September. Surat itu menanggapi permohonan penyidik (B/95.b/Res.1.6/IX/2025/Reskrim, 8 September) untuk memperpanjang masa tahanan Misrantoni. Pria 60 tahun itu sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Russell (60), warga penolak hauling batu bara di jalan negara.

Perpanjangan dilakukan karena penyidik menilai perkara belum selesai. Misrantoni disangka melakukan pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP) dengan pasal subsider pembunuhan (Pasal 338 KUHP). Masa tahanannya yang semula berakhir 13 September diperpanjang oleh Ketua PN Tanah Grogot, Andi Hardiansyah, dari 14 September hingga 13 Oktober. Pengadilan meminta salinan putusan disampaikan kepada tersangka dan keluarga.

Keluarga dan warga menyatakan kecewa. Joshua, salah satu kerabat dan warga Muara Kate, menilai polisi memaksakan penetapan terhadap Misrantoni yang semula berstatus saksi. Mereka menerima proses hukum, tetapi tetap meragukan bahwa Misrantoni adalah pelaku.

“Sebetulnya sejauh ini Pak Imis memang tidak ditemukan indikasi kejahatan sama sekali oleh penyidik. Kalau dari pihak keluarga tentu merasa kecewa, tapi mereka juga masih bisa menerima dengan adanya proses hukum yang tengah berjalan saat ini. Kami pun mempersilahkan institusi bekerja untuk mengungkap kasusnya,” ujarnya kepada Eksposkaltim, Sabtu (14/9).

Menurut Joshua, pandangan warga tetap sama. Bahwa, mereka tidak percaya Misrantoni pelakunya. “Sampai sekarang anggapan kami masih sama, tidak mempercayai bahwa Pak Misrantoni pelakunya dan mereka beranggapan juga bahwa sebetulnya beliau bukan pelaku yang sebenarnya,” tutur Joshua.

Warga amat menduga ada rekayasa penyidikan. Mereka mengumpulkan bukti dan kesaksian yang akan disandingkan dengan keterangan resmi, untuk menunjukkan bahwa Misrantoni bukan pelaku. Joshua mengatakan penyidik malah terkesan memaksakan pencarian barang bukti tanpa menindaklanjuti informasi yang mengarah pada pelaku sebenarnya.

“Beliau hanya dikambing hitamkan," terangnya.

Saksi di TKP menyebut Misrantoni pulang sekitar pukul 02.00, kira-kira dua jam sebelum pembunuhan. Joshua mempertanyakan mengapa hanya Misrantoni yang jadi tersangka, padahal banyak warga yang berjaga di posko dan pulang mendekati waktu kejadian. Menurutnya, masih ada beberapa saksi yang belum dimintai keterangan penyidik.

“Di rumah kan ada anak dan istri yang menjadi saksi, namun bagi penyidik itu tidak sah, akan tetapi kami juga tetap mengumpulkan informasi dan kesaksian-kesaksian warga yang lain,” ujarnya.

Joshua menegaskan kronologi menunjukkan banyak warga pulang dalam rentang waktu yang mendekati kejadian. Ada yang kembali satu jam setengah sebelum penyerangan posko. Ia mengatakan warga sudah memberi daftar saksi yang layak dimintai keterangan, tetapi tindakan kepolisian terhadap informasi itu minim.

“Karena setiap orang dimintai keterangan kan waktu berita acara penyidikan, kami selalu memberikan informasi untuk dapat memintai keterangan dari saksi yang lain juga, karena bagi kami itu sangat penting. Tapi sejauh ini informasi-informasi yang mendekati ke arah-arah pelaku sebenarnya mereka malah tidak menindaklanjutinya,” jelasnya.

Warga juga menyorot ketegangan lama antara Misrantoni dan korban yang selamat, Anson. Perselisihan itu, menurut mereka, memperumit komunikasi antarwarga dan memancing asumsi yang berbeda soal motif dan pelaku.

“Mengenai kejanggalan akibat bersitegang itu mungkin betul karena kan saya sudah membaca dari berita media yang sebelumnya juga diriliskan oleh pihak kepolisian waktu di konferensi persnya. Saya membaca bahwa ada satu saksi kunci di ambulans, dan ada dua saksi kunci yang ada di TKP. Ya, tentu kami berasumsi ada sesuatu di balik ini, siapa lagi kan,” jelasnya.

Joshua juga menyatakan ada pihak yang hendak mencelakai Misrantoni agar menjadi tumbal. Ia menuduh kemungkinan ada kesaksian yang dibuat-buat atau dilebih-lebihkan, bahkan menyebut dugaan permainan antara polisi dan saksi kunci. Meski begitu, ia belum melihat pertemuan langsung antara polisi dengan saksi yang selamat. Hanya ada laporan saksi TKP yang melihat polisi mendatangi rumah korban habis-habisan tanpa koordinasi.

“Jadi sejauh ini kami sudah miss-komunikasi dengan kepolisian, saya juga sudah tidak pernah berhubungan lagi dengan pihak penyidiknya semenjak Pak Misrantoni ditetapkan menjadi tersangka, mungkin karena saya terlalu tajam dan terlalu mengkritik kinerjanya polisi untuk saat ini,” tuturnya.

Panglima Pajaji

Isu lain yang mengemuka adalah peran ormas yang dipimpin Agustinus Luki alias Panglima Pajaji. Pada 16 November 2024, Pajaji datang saat pemakaman Russell dan berorasi, bila pelaku tidak ditemukan dalam 3 hari, mereka akan menutup jalan negara. Setelah itu, warga menilai keberadaan Pajaji tidak jelas dan tidak pernah ada pertemuan yang menjelaskan peran ormas tersebut.

Belakangan diketahui, Pajaji, sesuai dokumen Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) yang mengutip hasil penyidikan kepolisian, ternyata adalah koordinator hauling liar PT Mantimin Coal Mining, yang selama ini menjadi momok warga karena mencaplok jalan negara, khususnya di Muara kate.

Warga curiga Pajaji dan ormas-nya terlibat dalam aksi di posko penyetopan hauling. Mereka heran polisi belum memanggil Pajaji, padahal menurut warga surat pemanggilan pernah dikirim.

“Ini yang menjadi kekesalan saya secara pribadi, karena kan saya juga korban dari Pajaji, dulu Pajaji datang membawa kabar bahwa pelakunya sudah tertangkap diamankan di Polda Banjarmasin (Kalsel). Tapi yang kita tahu sampai hari ini kan memang tidak ada, jadi itu hanya semata-mata akal-akalan Pajaji untuk memanfaatkan situasinya,” jelasnya.

“Jadi, Pajaji memang sampai saat ini memang tidak diperiksa, tidak ada upaya dari pihak penyidik atau pihak kepolisian untuk mencari keberadaan Pajaji,” tambah Joshua.

Lebih jauh, Pajaji sempat muncul di akun Facebook dengan pernyataan bahwa kematian Russell adalah perbuatan “musuh dalam selimut”. Menurut Joshua, kemunculan itu terjadi setelah Misrantoni ditetapkan sebagai tersangka, dan hal itu menambah kekecewaan warga.

“Yang menjadi kekesalan kami itu, dia baru berani muncul semenjak Misrantoni sudah ditetapkan sebagai tersangka,” tegasnya.

Joshua sempat menanyakan soal pemanggilan Pajaji kepada seorang penyidik di Polres Tanah Grogot. Polisi membalas bahwa mereka sudah mendatangi Kalimantan Barat untuk menemui anggota Pajaji, namun belum bertemu langsung dengan pemimpinnya.

"Kenapa sampai sekarang belum ada upaya dari pihak penyidik maupun polisi untuk mencari kebenaran, setidaknya dalam proses ini tolong dimintai keterangan. Makanya itu, belum ada upaya sama sekali gitu,” ucapnya dengan kesal.

Warga masih trauma akibat penyerangan posko beberapa bulan lalu. Mereka berharap proses hukum berjalan adil dan transparan. “Kami masih trauma. Sekalipun keputusan tersangka itu membawa kekecewaan buat kami, tentu itu juga menjadi dampak besar buat kami. Ya harapan kami kalau betul-betul Misrantoni bukan pelakunya, polisi jangan memaksakan diri dan mohon dilepaskan saja, soalnya yang kami tahu pelaku yang sebenarnya masih berkeliaran, masih ketawa haha hihi, nongkrong sana sini,” tegasnya.

“Harapan kami kalau memang Pak Misrantoni bukan pelakunya, tolong polisi bekerja dengan baik, kami mempercayai siapa lagi? karena yang punya kewenangan dan pengungkapan kasus ini kami serahkan kepada kepolisian dan itu sudah menjadi tugas mereka,” tutupnya.

Media ini berkali-kali mencoba menghubungi nomor seluler yang terkait dengan Pajaji dan mengirim pesan lewat Facebook. Tidak ada respons. Redaksi juga pernah mengontak Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Kaltim, Kombes Jamaluddin Farti, yang diterima hanya respons singkat berterima kasih atas informasi. Upaya kontak lanjutan belum mendapat jawaban.

Biar tak lupa, Tragedi Muara Kate terjadi pada 15 November 2024. Russell (60) tewas, sementara Anson (55) mengalami luka berat akibat penyerangan sekelompok orang tak dikenal ke posko warga penolak hauling. Sudah setahun belakangan praktik liar batu bara mencaplok jalan negara. Bukan hanya memicu konflik dengan warga, namun juga menciptakan rentetan korban jiwa.

Sebelum Russell, ustaz Teddy yang baru saja menikah tewas ditabrak lari sebuah truk batu bara di kawasan Songka, pertengahan 2024. Beberapa bulan berselang, giliran seorang pendeta bernama Veronika yang tewas dilindas truk batu bara yang tak kuat menanjak di tanjakan Marangit.

Reporter : Nabila Aulia Salim    Editor : Maulana

Apa Reaksi Anda ?

0%0%0%0%0%0%0%100%



Comments

comments


Komentar: 0