
Samarinda, EKSPOSKALTIM – Setiap hujan deras, siswa dan guru SMPN 24 Samarinda harus menunda aktivitas belajar tatap muka karena genangan air yang menguasai ruang kelas, musala, dan halaman sekolah. Banjir yang sudah menjadi masalah tahunan ini membuat sekolah berdiri sejak 1992 itu harus terus mencari cara menjaga proses belajar tetap berjalan.
"Banjir mulai masuk di sekolah kami sejak tahun 2021. Saat itu, air hampir setinggi dua meter dan merusak dokumen administrasi, termasuk ijazah siswa yang belum sempat diambil," ujar Kepala SMPN 24 Samarinda, Bambang, saat ditemui Sabtu (7/9).
Untuk mengantisipasi bencana, sekolah langsung mengalihkan pembelajaran daring saat air mulai menggenang. Setelah banjir surut, siswa, guru, dan kepala sekolah bergotong-royong membersihkan lumpur tebal yang terbawa arus. Proses ini dibantu personel Babinsa Bukit Pinang, Sertu Hadi Sunoto, dan satu unit mobil pemadam dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Samarinda.
"Pembersihan lumpur yang menempel di berbagai sudut ruangan biasanya memakan waktu tiga hingga empat jam, bahkan bisa lebih lama tergantung ketebalan sedimen," kata Sertu Hadi.
Sembari menunggu solusi permanen, sekolah menutup pintu air sementara untuk membatasi volume genangan. Kondisi ini mendapat perhatian pemerintah kota. Wali Kota telah meninjau langsung lokasi dan membawa persoalan ini ke DPRD.
Hasil pembahasan DPRD menyetujui penganggaran relokasi sekolah yang dijadwalkan mulai 2026. Pemerintah kota menyiapkan lahan baru seluas empat hektare di dekat Masjid At Taufiq, Jalan Pangeran Suryanata, yang lebih aman dari banjir. Pembangunan gedung baru SMPN 24 akan dilakukan bersamaan dengan relokasi SDN 013, yang juga sering terendam banjir.
Menurutnya, relokasi ini diharapkan memberi keamanan bagi siswa dan keberlangsungan pendidikan di tengah tantangan banjir tahunan, sekaligus menjadi solusi jangka panjang bagi warga sekolah.
Untuk mengirim komentar, silahkan login atau registrasi terlebih dahulu !