Paser, EKSPOSKALTIM – Desakan agar polisi memeriksa Agustinus Luki alias Panglima Pajaji dalam tragedi Muara Kate kian menguat. Bersama seseorang bernama Bonar, nama keduanya ada di dalam dokumen Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).
Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Yulianto angkat bicara soal ini. Yulianto menyatakan penyidik bisa memeriksa siapa pun yang disebut dalam BAP saksi, jika dianggap bisa membuat terang perkara.
“Kalau memang dalam BAP saksi menyebutkan seseorang, maka orang yang disebut dalam BAP tersebut bisa dilakukan pemeriksaan sepanjang pemeriksaan tersebut akan membuat terang peristiwa pidananya,” jelas Yulianto kepada EKSPOSKALTIM, Kamis (31/7).
Sementara, Direktur Reskrimum Polda Kaltim, Kombes Jamaluddin Farti, hanya memberi tanggapan singkat. “Terima kasih informasinya,” ujarnya.
Ada Pajaji di Perbatasan...
Nama Pajaji tercantum dalam dokumen klarifikasi polisi kepada Kompolnas yang menyambangi lokasi pembunuhan tokoh adat Russell (60) di Muara Kate, awal 2025. Pajaji disebut sebagai tokoh adat Dayak sekaligus penanggung jawab kegiatan hauling batu bara PT Mantimin Coal Mining (MCM). Dalam dokumen itu, nama Bonar, anggota Pemuda Pancasila, juga disebut sebagai pihak yang turut melancarkan jalannya hauling di atas jalan nasional.
Hauling di jalan negara penghubung Kaltim-Kalsel itu jadi pemicu keresahan warga. Akhir 2023, protes meledak. Warga, kebanyakan ibu-ibu, memblokade simpang empat Batu Kajang, Kabupaten Paser. Mereka menuntut aktivitas truk dihentikan karena merusak jalan dan membahayakan keselamatan. Tapi tuntutan tak digubris. Truk-truk berpelat DA dari Kalsel menerobos barikade. Satu per satu teror justru menerpa mereka.
Korban juga mulai berjatuhan. Seorang ustaz muda bernama Teddy tewas tertabrak lari truk batu bara di Songka, pertengahan 2024. Menyusul kemudian Veronika, seorang pendeta, yang tewas tergilas truk di tanjakan Marangit pada Oktober.
Puncaknya terjadi 15 November 2024. Posko warga penolak hauling di Muara Kate diserang dini hari. Russell ditemukan tewas dengan luka tusuk di leher. Rekannya, Anson, selamat meski sempat kritis.
Sembilan bulan setelah kejadian, polisi justru menetapkan tersangka Misrantoni (60), sepupu sekaligus sahabat perjuangan Russell. Penetapan ini memicu protes. Selain tak pernah mengaku, keluarga menyatakan Misrantoni tengah tidur di rumah saat kejadian. Rumahnya hanya 200 meter dari TKP.
“Kami tidak mungkin tahu apa motifnya kalau pelaku tidak ngomong,” kata Kabid Humas Yulianto.
Warga justru heran mengapa Pajaji dan Bonar belum diperiksa untuk membuat terang peristiwa. Apalagi, Bonar disebut-sebut sebagai pihak yang pertama kali menyampaikan adanya rencana penyerangan. Lima nama target disebutkan: Yusuf, Wartalinus, Anson, kepala desa, dan Misrantoni. Tapi informasi itu tak sampai ke posko warga.
"Informasi terhenti di satu orang warga saja sampai akhirnya penyerangan terjadi. Dan semua ini setahu kami tidak didalami oleh polisi,” kata sumber media ini di Muara Kate, Kamis (31/7).
Bonar, yang rumahnya berada di perbatasan Kalsel-Kaltim, disebut merupakan adik ketua ormas PP. Ia menghilang setelah pembunuhan. Ormas tempatnya bernaung diduga warga menerima dana CSR dari PT MCM.
Warga juga menyebut Pajaji, pemuda asal Kalimantan Tengah dengan latar ormas adat, sempat terlihat di RA Cafe dan Penginapan, sekitar 7 kilometer dari TKP, pada malam sebelum kejadian. Keesokan harinya, ia datang ke posko dan menjemput tiga warga: Misrantoni, Hendrik, dan Alison. Mereka kemudian dibawa ke RA Cafe untuk diinterogasi.
“Pak Imis (Misrantoni) itu ada di sana karena dijemput Pajaji, mungkin dia mengisi buku tamu,” kata warga. Belakangan polisi menyita laporan bulanan penginapan ini sebagai salah satu barang bukti yang berhubungan dengan korban, Russell.
Adapun, interogasi oleh Pajaji berlangsung saat situasi masih berkabung. “Kalau bahasa Pajaji di media, dia menginterogasi. Memangnya dia punya kewenangan apa?” ujarnya.
Dalam pertemuan itu, Pajaji disebut menanyakan sikap warga terkait penyerangan. “Justru dia yang mengundang. Jadi tidak benar kalau laporan penginapan yang dijadikan barang bukti itu berasal dari milik korban,” tegasnya.
Setelah pembunuhan, Pajaji sempat berorasi di tak jauh dari pemakaman Russell dan mendesak polisi segera menangkap pelaku dalam 3×24 jam. Setelah itu, ia menghilang.
“Kenapa polisi belum periksa Pajaji? Kenapa malah Misrantoni yang ditetapkan tersangka?” kata warga. “Padahal sebelum penyerangan, dia dan rombongannya ada di penginapan dekat lokasi kejadian.”
Warga lain membantah noda darah di baju Misrantoni dijadikan bukti. “Itu darah Russell. Dia membantu mengangkat jasadnya. Bahkan ikut menjahit luka tanpa sarung tangan,” ucapnya.
Anak Misrantoni, Andre (25), mengatakan ayahnya ada di rumah saat kejadian. “Saya pulang dari kebun pukul empat pagi. Bapak masih tidur.”
Warga menduga Misrantoni hanya dijadikan kambing hitam. “Yang menjadi momok kami bukan sesama warga. Tapi perusahaan, ormas, dan para vendor,” kata seorang tokoh.
Kecurigaan warga makin kuat setelah Pajaji membawa dua pemuda Muara Kate, termasuk salah satu saksi kunci, ke Balikpapan. Ia mengaku membawa mereka ke Polda Kalsel karena ada pelaku yang menyerahkan diri. Tapi selama tiga hari, para saksi justru dibawa ke indekos, showroom mobil, toko oleh-oleh, dan kantor ormas.
Para saksi menyaksikan pertemuan Pajaji dengan petinggi PT MCM dan seorang bakal calon kepala daerah. Dari pertemuan itu, mereka mengetahui Pajaji menerima Rp500 juta. “Katanya untuk pemenangan pilkada.”
Warga yang mengetahui lokasi dua saksi itu kemudian menjemput mereka. Pajaji sempat marah dan mengancam lewat telepon, namun belakangan minta maaf.
“Kami marah karena saksi kunci justru dibawa keliling. Padahal penyidik belum memeriksa,” ujar warga.
Ancaman serangan ke posko kembali muncul setelah video tokoh ormas adat yang mengkritik Pajaji beredar. Tapi serangan itu tak terjadi.
Kekecewaan warga pada kepolisian memuncak. Tersangka baru diumumkan sembilan bulan pascakejadian, tanpa pemberitahuan ke keluarga. Makam Russell dibongkar dan rumah Misrantoni digeledah tanpa sepengetahuan warga.
“Katanya ada 35–37 petunjuk. Tapi kami yakin itu belum cukup kuat,” kata Andre.
Kesaksian istri dan adik Andre juga diabaikan. Sementara saksi selamat, Anson, dinilai tak lagi netral. Ia kini mengangkat dua polisi yang berjaga malam kejadian sebagai anak, menimbulkan dugaan kesaksiannya diarahkan.
“Pak Anson dulu sempat berselisih dengan bapak saya soal dana posko. Sejak itu beliau lebih dekat ke aparat,” kata Andre.
Warga mendesak kasus ini diambil alih Mabes Polri. Semua pihak yang terlibat, termasuk Pajaji dan Bonar, harus diperiksa terbuka.
“Kalau memang dia terlibat, harus diproses. Jangan biarkan kasus ini dikaburkan,” tegas warga.
Media ini sudah menghubungi anggota Kompolnas, Ida Oetari, soal janji penyidik memeriksa Pajaji dan Bonar. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada respons dari pensiunan polisi jenderal bintang dua itu. Terpisah, nomor seluler yang terhubung dengan Pajaji juga sudah media ini hubungi. Juga tak ada respons.








Untuk mengirim komentar, silahkan login atau registrasi terlebih dahulu !