
EKSPOSKALTIM, Bontang - Pelaksana Tugas (Plt) Unit Penyelenggaraan Pelabuhan (Syahbandar) Tanjung Laut Kota Bontang, Pantas Sihombing, menjelaskan alasan rencana penutupan Pulau Beras Basah yang prosesnya pelaksanaannya hingga kini terbilang alot.
“Alasan keselamatan adalah nomor satu,” kata Pantas Sihombing saat ditemui di kantornya, Jalan Pelabuhan, Tanjung Laut Indah, Kecamatan Bontang Selatan, Kamis (29/9) siang.
“Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pernavigasian, disini sudah dijelaskan semua terkait jalur navigasi dan aturannya. Sesuai Pasal 38 pada peraturan tersebut yang mengatakan zona kemanan dan keselamatan, serta Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP),” tambahnya.
Jika merunut dari aturan tersebut, objek wisata beras basah masuk dalam kawasan terlarang, karena pada dasarnya wilayah tersebut merupakan sarana pembantu jalur navigasi kapal.
“Di Beras Basah tersebut terdapat menara mercusuar yang sudah lama berdiri. Dan itu sudah jelas fungsinya sebagai rambu-rambu pada jalur navigasi kapal,” tukasnya
Dalam peraturan dengan tegas diterangkan, zona keamanan dan keselamatan terdiri dari zona terlarang pada area bangunan rambu-rambu, dengan diameter 500 meter tanpa ada bangunan lain.
Dalam aturan-aturan keamanan dan keselamatan tersebut, telah dipertimbangkan tingkat resiko atas dampak yang akan ditimbulkan pada sebuah pelanggaran yang diciptakan nantinya.
“Resikonya sangat tinggi, satu kesalahan akan fatal, soalnya pulau beras basah ini langsung bersinggungan pada jalur navigasi kapal angkut milik PT. Badak. Kapal yang mengangkut sebuah gas yang telah dipadatkan, akan lebih berkali lipat berbahaya jika area tersebut tidak bersih dari ancaman pelanggaran. Contoh radius yang akan dihasilkan jika kapal tersebut meledak, bisa sampai 10 Kilometer jauhnya, maka sangat dijaga sekali keselamatannya,” ujarnya.
Ia pun berharap semua dapat mengerti tingkat resiko yang akan dihasilkan dari sebuah kemungkinan pelanggaran yang diciptakan pada area tersebut. Tidak hanya membahayakan satu atau dua orang saja, bahkan ratusan ribu nyawa penduduk Kota Bontang terancam karena banyaknya titik vital di area tersebut.
“Saya berharap, kita sama-sama bisa mengerti. Hanya pendekatan persuasif cara terbaik untuk menyelesaikan pesoalan ini. Akan kami beri pengertian bagi yang belum mengerti resiko apa yang diberikan, jika kita terus beraktifitas di area terlarang itu,” tutupnya.
Untuk mengirim komentar, silahkan login atau registrasi terlebih dahulu !