25 Oktober 2025
  • PORTAL BERITA ONLINE
  • NEWS AND ENTERTAINTMENT ONLINE
  • BERANI BEDA..!!
  • MENGEKSPOS KALIMANTAN & TIMUR INDONESIA

OPINI : Moderasi Beragama dalam Masyarakat Indonesia yang Beragam


OPINI : Moderasi Beragama dalam Masyarakat Indonesia yang Beragam
Moderasi Beragama dalam Masyarakat Indonesia yang Beragam.

EKSPOSKALTIM.COM - Bangsa Indonesia adalah masyarakat beragam budaya ,keragamannya pun  mencakup perbedaan budaya, agama, ras, bahasa, suku, tradisi dan sebagainya. Dalam masyarakat multibudaya yang demikian, sering terjadi ketegangan dan konflik antar kelompok budaya dan berdampak pada keharmonisan hidup.

Indonesia  dengan keanekaragaman budaya,agama, suku, bahasa yang dimilikinya menunjuk-kan  sebagai  salah  satu  bangsa  yang  memiliki masyarakat  multikultural.  Keanekaragaman menjadi  ciri khas  tersendiri  jika  dikembangkan  dengan baik,  menjadi  keunikan  dan  kekuatan,  namun perbedaan tersebut demikian dapat menjadi tantangan jika tidak disikapi dengan bijak dan arif, dapat menjadi ancaman  perpecahan  dan  perseteruan  yang dapat merusak keamanan social.

Konsep  multikulturalisme  tidak  asing  di dunia  Islam,  setidaknya  memiliki  pengalaman historis  yang  menguatkan  bahwa  Islam  menghargai keragaman,  sebagaimana yang  dicontohkan Rasul dalam pemerintahan Madinah. Multikultralisme memiliki kaitan dengan ajaran Islam antara lain dalam toleransi, perdamaian dan keadilan.

1. Toleransi, sebagaimana Al-Qur’an Surat  Al  Hujuraat  :  13  yang  menegaskan  bahwa Allah  telah  menciptakan  manusia  dengan  ber- macam-macam suku bangsa agar manusia saling mengenal. Bahwa perbedaan tidak boleh menjadi ajang konflik, karenanya  harus dihargai. Dengan saling  mengenal  maka  jalan  menuju  kehidupan multikultural akan terbuka.

 2. Perdamaian. Islam berasal  dari  akar  kata  ”al-Salam  ”  yang  berarti perdamaian.  Islam  mengajak  umatnya  untuk melakukan dan menyebarkan perdamaian di muka bumi. Dalam QS al-Baqarah [2] : 208, ”Udkhulu fial-silmi  kaffah  ”  -  yang  selama  ini  sering       diterjemahkan ”masuklah  ke  dalam  agama  Islam secara  kaffah”-  jika  meng-gunakan  konsep multikultural  ada  yang  melakukan  reorentasi pemahaman  yang  mendekati  konsep  multi- kulturalisme yaitu dengan menyatakannya sebagai kebersediaan  untuk  masuk ke  dalam  perdamaian secara kaffah  (total).  Makna ini  berbeda  dengan makna secara literer yang menegaskan perbedaan secara sepihak, dan menafikan  keberadaan entitas lain dalam  kehidupan.

3.  Keadilan. Multikultural menekankan  berlaku  adil  dalam  memandang  dan bersikap  terhadap  orang  atau  kelompok  lain.   Al-Qur’an (Surat al-Maidah [5] :  8) ”Dan janganlah sekali-kali  kebencianmu  terhadap  suatu kaum  mendorong  kamu  untuk  berlaku  tidak adil  ”.    Ayat  ini  mengajak  untuk  berlaku  adil sekalipun  terhadap  orang  atau  kelompok  yang memusuhi  kita.

Dalam  masyarakat   Indonesia  yang multibudaya, sikap keberagamaan yang ekslusif yang hanya mengakui kebenaran dan keselamatan secara  sepihak,  tentu  dapat  menimbulkan masalah antar kelompok agama. Konflik keagamaan yang banyak terjadi di Indonesia,  umumnya  dipicu  adanya  sikap keberagamaan  yang  ekslusif,  serta  adanya kontestasi  antar  kelompok  agama  dalam meraih  dukungan  umat  yang  tidak  dilandasi sikap  toleran,  karena  masing-masing  menggunakan  kekuatannya  untuk  menang  sehingga memicu konflik.

Dalam  melihat  dan  menyelesaikan  satu persoalan,  Islam  moderat  mencoba  melaku- kan pendekatan kompromi dan berada di  tengah- tengah,  dalam  menyikapi  sebuah  perbedaan, baik  perbedaan  agama  ataupun  mazhab,  Islam moderat  mengedepankan  sikap  toleransi,  saling menghargai,  dengan  tetap  meyakini  kebenaran keyakinan  masing-masing  agama  dan  mazhab, sehingga semua dapat menerima keputusan dengan kepala  dingin,  tanpa  harus  terlibat  dalam  aksi yang anarkis.

Peran  penyuluh / tokoh  agama  dalam  masyaraka tsangat  penting  karena  sebagian  masyarakat masih  memandang  pentingnya  sosok  ideal sebagai figur atau contoh  dalam  kehidupan masyarakat,  oleh  karena  itu  penyuluh agama memiliki  potensi  untuk  didudukkan  sebagai figur atau tokoh agama di masyarakat.

Para penyuluh / tokoh dapat memposisikan diri ikut  ambil  bagian  dalam  moderasi  beragama, yang  menghadirkan  kedamaian  beragama  pada setiap  kegiatan  penyuluhannya. Membangunan masyarakat yang toleran, damai perlu dioptimal- kan  oleh  para  penyuluh  melalui  kegiatan  atau tahapan  contohnya dengan  melakukan  perencanaan  kegiatan, mengorganisir kegiatan, melaksanakan kegiatan serta melakukan monitoring untuk evaluasi program moderasi beragama. 

Kesimpulan nya dalam kehidupan multikultural  diperlukan pemahaman  dan  kesadaran  multibudaya  yang menghargai  perbedaan,  kemajemukan  dan sekaligus keinginan berinteraksi dengan siapapun secara adil. Menghadapi  keragaman,  maka  diperlukan sikap  moderasi,  bentuk  moderasi  ini  bisa berbeda  antara  satu  tempat  dengan  tempat lainnya.

Sikap moderasi berupa pengakuan  atas keberadaan pihak lain, pemilikan sikap toleran, penghormatan  atas  perbedaan    pendapat,  dan tidak  memaksakan  kehendak  dengan  cara kekerasan. Diperlukan  peran  pemerintah,  tokoh masyarakat,  dan  para  penyuluh  agama  untuk mensosialisasikan,menumbuhkembangkan wawasan moderasi beragama terhadap masyarakat  Indonesia  untuk  terwujudnya keharmonisan dan kedamaian.

Penulis : Akhmad (Mahasiswa UINSI Samarinda)

(Artikel di atas menjadi tanggung jawab si penulis, bukan redaksi EKSPOSKaltim.com)

Reporter :     Editor : Abdullah

Apa Reaksi Anda ?

0%0%0%0%0%0%0%0%


Comments

comments


Komentar: 0