EKSPOSKALTIM.com - Kasus korupsi sudah menjadi rahasia umum yang tak dapat lagi ditutupi. Pelakunya adalah para pencuri berdasi yang terus memakan hak rakyat tanpa rasa kenyang. Di kalangan pejabat pemerintah, ini tidak menjadi hal baru yang mengejutkan. Ibarat wabah penyakit yang menular,kasus ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, melainkan marasuk ke daerah-daerah bahkan pelosok desa sekalipun.
Berdasarkan data dari penyidikan, kasus korupsi dalam empat tahun terakhir menunjukkan bahwa pada 2014 ada 56 kasus korupsi yang disidik KPK. Kemudian naik pada 2015 menjadi 57 kasus, dan pada 2016 naik lagi menjadi 99 kasus, hingga 30 September 2017 ada 78 penyidikan kasus korupsi.
Dari data tersebut sudah sangat jelas bagaimana kasus korupsi di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Para pelaku seperti tidak memiliki rasa takut bahkan terhadap Tuhan sekalipun, ketika sudah di perhadapkan dengan uang dan kekuasaan.
Baca: Opini: Miras Lagi, Miras Lagi
Ironisnya, yang paling banyak mencuri uang rakyat justru dari kalangan wakil rakyat. Mereka yang diharapkan rakyat dapat menampung,memikirkan, dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada dimasyarakat, tapi justru tidak lagi mengerti kewajiban dan tanggung jawab yang dipercayakan padanya. Bukankah mereka dipilih hingga menduduki kursi kekuasaan untuk mensejahterakan rakyat ? .
Dulu pada saat kampanye, sejuta janji ditebarkan. Mereka bermanis muka seakan memberikan harapan baru bagi rakyat. Namun, jauh setelah mereka benar-benar mendapatkan apa yang mereka inginkan yaitu jabatan dan kekuasaan, kepentingan rakyat bukanlah hal yang utama bagi mereka, bahkan jauh tertinggal di atas kepentingan-kepentingan pribadinya.
Inikah gambaran sistem demokrasi yang katanya ideal?, demokrasi yang mengusung ide sekuler kapitalis, berusaha memisahkan agama dari kehidupan bernegara, padahal dalam Islam sangat jelas bahwa keduanya adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.
Hati rakyat tersayat, menjerit menelan rasa sakit dan kekecewaan, menerima kenyataan pahit untuk kesekian kalinya, suara mereka hanya didengar saat pemilu bukan pada saat telah berkuasa. Haknya di rampas oleh para penjilat yang dulu mereka pilih dengan harapan dapat membawa perubahan bagi bangsa ini, agar kelak berdampak pada kehidupan mereka yang lebih baik.
Nyatanya harapan itu hanya angan, janji para wakilnya adalah omong kosong belaka. Sudah terbukti, kapitalisme hanya mementingkan dan menguntungkan individu atau kelompok tertentu saja, selebihnya merugikan dan menyengsarakan kalangan menengah hingga rakyat kecil.
Dalam negara demokrasi, penetapan hukum didasari oleh kesepakatan dewan perwakilan rakyat. Sementara, hukum yang telah ditetapkan oleh Allah tidak lagi menjadi dasar ketundukan untuk kemudian digunakan menyelesaikan urusan Umat. Padahal Allah telah memperingatkan perihal ini kepada umat Islam dalam surah al-Ahzab Ayat 36 : “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang beriman dan tidak pula perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata”.
Penangkapan pejabat publik layaknya arisan, para pelakunya tinggal menunggu giliran tertangkap. lucunya, hal ini bahkan tidak mampu membuat mereka atau yang lain jerah. Permasalahan korupsi di negeri ini telah mencapai titik klimaks, dan tidak mungkin dapat terselesaikan dengan hanya bermodal aturan-aturan dan hukum buatan manusia yang hakikatnya sangat lemah, dan terbukti tidak mampu memberikan penyelesaian yang benar-benar tuntas.
Jika diusut lebih jauh, sesunggungnya hal ini terjadi karena besarnya peluang para koruptor melakukan tindak pidana tersebut. Saat ini menjadi orang yang mampu memegang amanah seakan sangat sulit. Sistem politik yang mendewakan materi menjadi penyebab utama, didalamnya terjadi permainan uang dan kekuasaan hingga menjadikan membentuk manusia yang sangat rakus dan tamak.
Para pejabat yang masih memiliki niat baik sekalipun akan dengan mudah terjerumus melakukan tindak pidana korupsi , karena turut ikut dalam kekacauan sistem. Bagaimana mungkin kualitas keimanan umat Islam dapat terjaga dan bagaimana bisa menjauhkan segala macam kesyirikan dan menutup rapat-rapat pintu yang yang akan menjauhkan kita dari Allah, jika sistem yang di gunakan untuk mengatur kehidupan adalah sistem kufur buatan manusia dengan paham sekuler yang berasal dari barat.
Baca: Opini: Prediksi Indonesia Bubar 2030
Pola pikir seseorang sangat ditentukan oleh ideologi yang diyakininya, hal inilah yang nantinya akan membentuk bagaimana sikap, pandangan dan pemikiran seseorang terhadap suatu hal. Dahulu, para pemimpin di negara Islam mampu memegang pengaruh besar bagi dunia, dan mencapai kejayaan hingga berabad-abad lamanya.
Ideologi Islam menjadi satu-satunya ideologi yang diemban. Mereka menjaga keimanan kepada Allah dan senantiasa menjadikan Rasulullah sebagai satu-satunya tauladan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya. Tidak hanya dalam ranah kehidupan pribadi, namun sampai pada tingkat kehidupan bernegara.
Kini, umat Islam tidak lagi memiliki pengaruh besar, kehancuran demi kehancuran menyinggahi kehidupan kaum muslimin . Banyak yang tidak mau menyadari bahwa ini adalah akibat ideologi Islam yang jauh ditinggal di belakang, diabaikan, dan dianggap tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman.
Kebanyakan Lebih mempercayai sistem demokrasi dengan mengusung ideologi kapitalis sekularisme, yang justru menjadi racun mematikan bagi kehidupan Umat Islam. Sudah saatnya kita kembalikan semua persoalan dan solusinya pada Islam, memperjuangkan ideology islam.
Berhenti berharap pada sistem yang berdiri di atas asas selain Islam. Bertahan pada sistem rusak yang bukan berasal dari Sang Maha pengatur, hanya akan membuat kita menghabiskan energi untuk menghidupkan sistem kufur yang tidak di ridhai Allah. Sementara Islam dengan ideologinya telah sempurna dengan seluruh peraturan tentang kehidupan yang tidak akan pernah mendzalimi manusia. Wallah a’lam bi ash-shawab.
Penulis: Fatmawati Thamrin (ibu rumah tangga)
Tonton video menarik di bawah ini:
VIDEO: Ribuan Masyarakat Bone Dzikir Bersama Ustadz Arifin Ilham
ekspos tv








Untuk mengirim komentar, silahkan login atau registrasi terlebih dahulu !