EKSPOSKALTIM - Di tengah turbulensi industri batubara sepanjang 2024, PT ABM Investama Tbk (ABMM) berhasil menunjukkan ketangguhan bisnis sekaligus komitmen terhadap prinsip keberlanjutan. Meski harga komoditas menurun—di mana indeks harga batubara Indonesia tercatat turun 14% dibanding tahun sebelumnya—ABMM tetap mencatatkan kinerja positif berkat strategi jangka panjang berbasis inovasi, ESG, dan penguatan SDM.
Direktur Utama ABMM, Andi Djajanegara, menegaskan bahwa keberhasilan perusahaan tak hanya diukur dari sisi finansial, tetapi juga dari kontribusinya terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik (environmental, social, and governance/ESG).
“Keberlanjutan bukan sekadar kewajiban, tapi inti dari strategi pertumbuhan jangka panjang kami,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (25/4).
Komitmen ini mendapat pengakuan melalui berbagai penghargaan bergengsi, seperti ESG Transparency and Disclosure Award dengan predikat Leadership “AAA” dari Bumi Global Karbon Foundation, serta penghargaan “Best Non-Financial Sector Company” dari IICD atas penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang konsisten.
ABMM juga aktif mengembangkan teknologi dan sistem kerja efisien untuk menghadapi tantangan pasar. Inovasi diterapkan mulai dari lini produksi hingga logistik guna menekan biaya dan menjaga kualitas produk.
“Inovasi adalah kunci bertahan dan bertumbuh di tengah ketidakpastian. Dengan teknologi, kami tidak hanya bersaing, tapi juga menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan,” tambah Andi.
Direktur ABMM, Hans Christian Manoe, menambahkan bahwa perusahaan juga melakukan langkah strategis dalam pengelolaan keuangan, salah satunya dengan mendapatkan fasilitas pinjaman jangka panjang senilai USD 395 juta untuk refinancing dan reprofiling pinjaman serta obligasi global. Langkah ini berhasil menurunkan beban bunga dan memperpanjang jatuh tempo utang secara signifikan.
Dari sisi ekspansi, ABMM memperkuat portofolionya melalui akuisisi dua entitas tambang baru: PT Nirmala Coal Nusantara di Sumatra dan PT Piranti Jaya Utama di Kalimantan. Kedua akuisisi ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi, tapi juga memperluas kontribusi ekonomi ABMM terhadap daerah.
Secara operasional, ABMM mencatat volume pengupasan tanah (overburden removal) sebesar 270,34 juta BCM dan volume pengambilan batubara (coal getting) mencapai 39 juta ton. Di sisi keuangan, ABMM meraih pendapatan konsolidasi sebesar USD 1,2 miliar dengan EBITDA yang disesuaikan (adjusted EBITDA) sebesar USD 341 juta.
Tak kalah penting, ABMM menempatkan pengembangan SDM sebagai prioritas. Berbagai program pelatihan dan pengembangan kompetensi terus digulirkan sebagai fondasi transformasi menuju era baru pertambangan berkelanjutan.
“Di tengah ketidakpastian global akibat gejolak geopolitik dan perubahan iklim, kami tetap optimistis. Sinergi antara inovasi teknologi dan pendekatan human-centered akan membawa ABMM menjadi perusahaan yang makin kompetitif dan bertanggung jawab,” ujar Hans.
Ia menegaskan bahwa setiap langkah strategis ABMM dirancang untuk memberikan dampak nyata—tak hanya bagi perusahaan, tapi juga bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
“Kami tidak hanya membangun bisnis yang kuat, tapi juga masa depan yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Untuk mengirim komentar, silahkan login atau registrasi terlebih dahulu !