EKSPOSKALTIM, Bontang - Nasib kurang beruntung dirasakan wanita paruh baya yang memiliki anak sembilan ini. Selama 13 tahun, ia bersama anaknya tinggal di rumah sederhana berukuran 3x4 meter yang berdiri diatas tanah milik orang lain. Sejak berdiri, rumah janda yang ditinggal mati suami ini hanya dialiri listrik pada malam hari saja, itupun ia dapatkan dari listrik tetangganya.
Mastura, demikian nama perempuan 52 tahun ini. Kesehariaannya, ia hanyalah seorang ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan. Untuk bertahan hidup, kadang ia hanya berharap dari pemberian orang lain.
"Karena tidak ada tanah sendiri, makanya ada orang yang mau pinjamkan tanahnya untuk saya bangun rumah sebagai tempat berteduh bersama ke enam anak saya. Itupun listriknya nyambung dari tetangga, tapi gratis," kata Mastura saat ditemui Eksposkaltim di kediamannya, Jalan H. Habibon, Kelurahan Tanjung Laut, Kecamatan Bontang Selatan, Sabtu (25/6/2016).
"Biasanya, ada sih bantuan dari orang-orang berupa sembako. Kalau dari anak saya ada juga, tapi tidak pasti. Setiap bulan juga dapat beras miskin (raskin) 15 kilo gram. Saya juga setiap harinya sebagai ibu rumah tangga saja, apalagi suami saya sudah lama meninggal. Anak saya semuanya ada sembilan, tiga orang sudah tidak tinggal disini karena sudah berkeluarga semua, enamnya lagi tinggal sama saya," lanjutnya.
Ironisnya lagi, diantara keenam anaknya yang tinggal satu atap dengannya, tiga diantaranya tak bersekolah, bahkan ada pula yang tidak sanggup berjalan karena menderita kelumpuhan.
"Anak saya yang masih sekolah, Ekasari di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Bontang, Putri Reski Ashari bersekolah di Yayasan Pembangunan Pendidikan Islam (YPPI) Bontang, dan satunya lagi Muhammad Saputra juga di sekolah dasar (SD) YPPI," pungkasnya
Ditengah kondisi perekonomiannya yang terbilang sulit, Ia menaruh harapan besar pada ketiga anaknya yang masih duduk dibangku sekolah, agar kelak mampu menempuh pendidikan kejenjang yang lebih tinggi seperti yang dia harapkan.
"Mudah-mudahan anak saya bisa terus bersekolah. Anak saya yang sekolah di SMKN itu, saya sewakan ojek untuk pergi sekolah. Kadang dua hari tidak pergi sekolah, kalau ojeknya tidak datang. Makanya saya sisipkan uang dua ratus ribu untuk bayar ojeknya setiap bulan. Begitulah karena kami tidak ada kendaraan. Terus yang dua ini sekolahnya dekat saja," tandasnya dengan raut wajah sedih.
Untuk mengirim komentar, silahkan login atau registrasi terlebih dahulu !